Rukun Haji dan Sejarahnya

Rukun Haji dan Sejarahnya

Alhamdulillah, meski dengan penjagaan dan aturan yang ketat, serta pembatasan kuota dalam skala sangat besar. Haji tahun ini tetap ada yang melaksanakannya. Ya kita tahu, di Indonesia, keberangkatan haji 2020 terpaksa dibatalkan dengan alasan keselamatan kesehatan. Covid-19 sudah mendunia sejak pertamakali kedatangannya di Tiongkok.

Rukun Haji dan Sejarahnya

Meski tak seramai dengan tahun-tahun sebelumnya, aku bersyukur karena masih ada orang yang bisa melaksanakannya. Ibadah yang termasuk kedalam rukun Islam ini, muslim mana yang tidak ingin melaksanakannya? Dan aku berdo'a semoga aku juga bisa kesana di beberapa tahun yang akan datang. Aamiiin ya Mujibassailin.

Tak kenal maka tak sayang, haji 2020 berasal dari sejarah panjang kenabian. Adapun setiap amalan yang dilakukan di Mekkah sana, memiliki artinya masing-masing. Ingin tahu? Yuk kita simak

1. Miqat

Miqat adalah salah satu rukun untuk melaksanakan umrah dan haji. Ada sejumlah tempat untuk melaksanakan miqat, namun khusus mereka yang datang dari Madinah, diambil di Bir Ali. Saat miqat, jemaah harus memakai ihram, sholat sunnat 2 rakaat, niat berihram dan menaati larangan berihram.

Masjid Bir Ali terletak di perbatasan tanah haram, tepatnya 11 kilometer dari Masjid Nabawi, Madinah. Di lokasi tersebut adalah tempat miqat bagi jemaah haji Indonesia yang ingin memasuki Masjidil Haram, Makkah.

Dahulu di jaman Rasulullah Saw, Bir Ali adalah sebuah lembah yang disebut Lembah Aqiq. Lokasi masjid tempat mengambil miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata. Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid El Wakil terinspirasi oleh masyarakat disekitar lembah ini dalam rancangannya.

Menurut sejarah, Masjid Bir Ali dibangun di tempat mana Rasulullah SAW pernah bernaung di bawah sebuah pohon sejenis akasia saat menuju Kota Mekkah untuk menunaikan ibadah umrah. Disebut Bir Ali (bir berarti kata jamak untuk sumur), karena pada jaman dahulu Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA menggali banyak sumur di tempat ini. Sekarang, bekas sumur-sumur buatan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tidak tampak lagi.

Selain di Bir Ali, ada beberapa tempat Miqat lain seperti berikut:

1. Juhfah, biasanya digunakan oleh jemaah dari Mesir, Afrika Utara, Suriah, Yordania dan Libanon.

2. Wadi Aqeeq, ini berjarak 94 km dari Makkah. Biasanya digunakan untuk miqat oleh warga Irak.

3. Qarn al-Manazil terletak 94 km dari Makkah.

5. Yalamlam terletak 84 km dari Makkah. Biasanya digunakan oleh warga Yaman.

6. Miqat di dalam kota Makkah (untuk para mukimin atau umrah sunah): Ji’irranaa, Adni al-Hal dan Tan’eem.

6. Dan lain-lain.

Pertama dalam sejarah. Tahun 2020 ini, miqat hanya dilakukan di satu tempat yaitu di Miqat Qarn Al-Manazil. Selain karena untuk memudahkan penjagaan, miqat tersebut juga merupakan miqat yang jaraknya paling dekat dengan Makkah.

2. Ihram

Sebelum melakukan ibadah umroh atau haji, terdapat beberapa peraturan yang harus diikuti umat Muslim dan hukumnya wajib. Beberapa di antaranya adalah mengucapkan niat, harus membersihkan diri dengan cara mandi hingga berwudhu agar tetap suci.

Para calon jemaah juga tentunya dilarang mengucapkan kata-kata tidak senonoh, dan masih banyak lagi ketentuan-ketentuan yang perlu diikuti agar ibadah diterima

Terdapat beberapa sejarah ihram yang dijelaskan dalam beberapa hadis. Antara lain adalah hadis yang menyebutkan bahwa Allah mengirimkan malaikat ke Bumi untuk menziarahi Ka’bah, dan malaikat tersebut turun dalam keadaan ihram dan menuju ke Ka’bah sambil mengucap talbiyah (Labbaik).

Terdapat juga riwayat yang menyebutkan bahwa malaikat Jibril mengajarkan tata cara berihram ke Nabi Ibrahim AS sebelum melakukan amalan-amalan haji, dan juga cara untuk manasik haji.

Setelah itu, ada hadis dari Imam Shadiq AS yang menyebutkan setelah Nabi Adam AS bertaubat, malaikat Jibril mengajarkan ihram dan talbiyah, lalu memerintahkannya untuk mandi sebelum melakukan amalan haji ataupun ihram.

Dari hadis-hadis di atas, terdapat juga riwayat bahwa ketentuan yang ada pada saat ihram berangkat dari kebudayaan orang Arab sebelum melakukan ibadah haji atau umroh.

Mereka meyakini bahwa untuk beribadah dan “menghadap” kepada Allah SWT, tidak etis rasanya jika menggunakan pakaian yang juga mereka gunakan untuk melakukan hal-hal duniawi, dosa, atau bahkan kemaksiatan.

3. Tawaf

Thawaf adalah salah satu rukun haji dan umroh. Thawaf adalah memutari ka'bah sebanyak 7 kali. Dalam pelaksanaannya, ka'bah harus berada di sebelah kiri, artinya putaran ka'bah berlawanan dengan arah jarum jam.

Thawaf dimulai dari Hajar Aswad, dan berakhir di hajar aswad.Asal-usul ThawafNiat dalam melaksanakan thawaf harus dilakukan tepat di starting point yakni Hajar Aswad, tidak boleh dilakukan sebelumnya maupun setelahnya. Thawaf hanya bisa dilakukan di Masjidil Haram, tempat ka'bah berada.

Asal-usul Thawaf dimulai saat Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Saat itu muncul "protes" dari para malaikat, yang diabadikan dalam surat Al Baqarah : 30, Allah berfirman, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’.

Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”

Mendengar firman Allah tersebut, malaikat langsung bersujud karena takutnya mereka akan murka Allah. Kemudian, para malaikat memohon ampun, dengan bersujud dan menangis. Kemudian para malaikat melakukan thawaf dengan mengelilingi Arsy dalam waktu cukup lama.Kemudian, Allah memberikan rahmat-Nya, membuat Baitul Makmur di bawah Arsy. Malaikat lalu melakukan thawaf di baitul makmur. Sehari semalam, malaikat yang melakukan thawaf sebanyak 70.000.

Selanjutnya, Allah menyuruh malaikat membuat tempat semacam Baitul Makmur di bumi. Kelak, tempat di bumi tersebut dikenal dengan nama Bakkah. Saat Nabi Adam diturunkan ke bumi, Allah menyuruhnya berjalan ke barat ke daerah bernama Bakkah.Setelah melewati Syam, Nabi Adam sampai di Bakkah dan melakukan thawaf bersama malaikat. Proses ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mereka berthawaf di daerah Makkah bersama malaikat Jibril.Dahulu, belum ada ka'bah, hanya berupa tumpukan batu saja. Lalu, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membangun ka'bah, yang kini dijadikan tempat untuk thawaf saat haji dan umroh.

4. Sai

Ibadah Sai’ merupakan salah satu rukun haji dan umrah. Sa’i dilakukan dengan cara berjalan kaki atau berlari-lari kecil, bolak-balik 7 kali dari Bukit Safa ke Bukit Marwa dan sebaliknya. Kedua bukit yang satu dengan lainnya, berjarak sekitar 405 meter.

Namun, tahukah Anda bahwa Sa’i sudah ada sejak sekitar 5.000 tahun lalu, sebelum datangnya Islam. Dimana, ketika itu Bunda Hajar, istri Nabi Ibrahim, tinggal di gurun Makkah bersama Nabi Ismail yang baru lahir. Nabi Ibrahim yang telah menemani Bunda Hajar, harus meninggalkan istri dan anaknya di tengah gurun sesuai dengan perintah Allah.

Sebelum pergi, Bunda Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Sudahkah Allah memerintahkanmu untuk pergi?”

Lalu beliau menjawab, “Ya.” Hajar kemudian berkata, “Maka, Allah tidak akan membuat kita tersesat.”

Waktu bergulir, Bunda Hajar akhirnya kehabisan makanan dan air. Sehingga ia tidak bisa lagi menyusui Ismail. Dengan demikian, ia berlari bolak-balik tujuh kali antara Safa dan Marwa, dengan harapan ia bisa menemukan air.

Kemudian, Allah mengirim Malaikat Jibril untuk membantu mereka. Setelah 7 kali Hajar bolak-balik antara Bukit Safa dan Marwa, dengan kekuasaan Allah, mata air muncul dari tanah di antara kedua kaki Ismail. Dari sanalah, telaga Zam-zam muncul hingga saat ini.

Kemudian, Khalifah dan penguasa mengembangkan bukit ini menjadi jalan dan memperluasnya. Pada tahun 1335 Hijriah, pada era Hussein bin Ali, jalan yang terbentuk dari tanah kemudian diaspal.

Ketika itu, Raja Abdul Aziz memerintahkan untuk meletakkan batu di atasnya. Jalur tersebut kemudian terus diperbaiki hingga tahun 1345 Hijriah. Sampai sekarang, sudah dilengkapi dengan beberapa fasilitas dan ber-AC.

Demikianlah sejarah Sa’i, perjalanan bolak-balik atau berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa, yang kini menjadi salah satu rukun selama ibadah haji dan umrah.

Hemm, kalau diulas pakai perasaan, bagaimana kita kalau jadi Bunda Hajar? Ditinggal tanpa perbekalan,  di gurun yang jauh kemana-mana. Bawa anak pula. Masya Allah, tapi karena keta'atan itu. Buahnya adalah menjadi salah satu rukun Haji

5. Wukuf

Arafah adalah padang pasir yang menyimpan sejarah manusia. Dahulu, Nabi Ibrahim mengharapkan kelahiran anak. Sebab, bapak para Nabi itu belum mendapatkan anak meski sudah puluhan tahun menikah. Bahkan, dia mengatakan, seandainya dikaruniai anak, Ibrahim siap menjadikan anak itu sebagai kurban untuk Allah.

Allah memerhatikan perkataan itu. Pernikahan Ibrahim dengan Sarah menghasilkan seorang anak, Ismail. Ibrahim kemudian bermimpi menyembelih anaknya. Dia bangun, kemudian merenungkan mimpi itu pada 8 Dzulhijah.

Dia bertanya-tanya, apakah mimpi tersebut benar dari Allah atau bukan. Sehari kemudian dia mengetahui (‘arafa) benar mimpi itu dari Allah. Ketika itu, Ibrahim berada di padang Arafah. Dengan berat hati, Ibrahim berniat menyembelih Ismail pada 10 Dzulhijah. Namun, hal itu tak terjadi, karena Allah memerintahkan untuk menyembelih hewan kurban.

Bagaimana perasaan kita jika menjadi nabi Ismail? Masih kecil waktu itu, kita mungkin sedang asyik-asyiknya bermain, punya mainan baru, teman yang asyik diajak main. Dan lain sebagainya. Eh tau-tau harus disembelih, kebayang dong tangan gak sengaja kena sabetan pisau aja udah sakit. Lah ini disembelih? Masya Allah. Keta'atan ini pula berbuah manis, menjadikan teladan kisah ini sebagai salah salah satu Ibadah Sunnat yang dianjurkan. Berkurban.

Jauh sebelum kehidupan nabi Ibrahim, padang Arafah menjadi petunjuk bagi Nabi Adam dan Hawa. Setelah meninggalkan surga, keduanya hidup berpencar. Malaikat mengarahkan mereka untuk menuju Arafah. Di sana keduanya harus bertaubat, memohon ampunan Allah atas dosa-dosa yang diperbuat.

Adam dan Hawa telah memakan buah Khuldi yang dilarang, sehingga mereka meninggalkan surga. Kemudian hidup di bumi.

Prof M Mutawalli asy-Sya’rawi dalam al-Hajjul Mabrur mengatakan, setelah Adam dan Hawa kembali bersama di Arafah, keduanya tak lagi berpisah hingga akhir hayat.

Keduanya sama-sama memohon ampunan Allah. Dalam Alquran disebutkan, “Keduanya berkata, Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS al-A’raf: 23).

Kemudian dikatakan, Adam dan Hawa telah mengetahui (‘arafa) dosanya. Mereka juga mengetahui caranya bertaubat.

Kisah Ibrahim dan Adam sama-sama menyiratkan makna, Arafah adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, atau orang lain. Mereka juga harus merenungkan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Mereka kemudian memohon ampunan Allah, seperti yang dilakukan Adam, Hawa, dan Ibrahim, di Arafah.

Kini Arafah menjadi tempat umat Islam berdiam diri atau berwukuf. Di sana, jamaah haji berzikir dan bertaubat kepada Allah.

Pakar ilmu Alquran, Prof Quraish Shihab dalam Haji dan Umrah menuliskan, wukuf adalah keberadaan di Arafah. Waktunya mulai matahari tergelincir atau waktu Zhuhur, sampai terbenam. Mazhab Hambali berpendapat waktunya mulai dari terbit fajar 9 Dzulhijah.

Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat, keberadaan di Arafah harus mencakup sebagian dari waktu siang dan sebagian dari waktu malam. Imam Syafi’i berpendapat, wukuf dinilai sah apabila jamaah haji sudah mencapai Arafah, walau pun hanya sesaat.

Tidak ada ketentuan harus berwukuf di bagian mana. Selama jamaah haji berada di area Padang Arafah selama musim haji, maka mereka sudah dikategorikan berwukuf. Ini adalah kesepakatan seluruh ulama.

Jamaah haji dianjurkan dalam keadaan bersuci ketika melakukan wukuf. Mereka juga diharapkan menghadap kiblat untuk berzikir. Tak lupa pula untuk memperbanyak doa, baik bagi diri sendiri, maupun kelompok. Boleh dengan bahasa Arab, ataupun bahasa ibu.

6. Lempar Jumroh

Melempar jumroh adalah salah satu wajib haji yang dilaksanakan oleh para jamaah haji. Tiga tugu yang terletak di Mina senantiasa dilempari dengan batu kerikil oleh jutaan jamaah haji.Melempar jumroh adalah simbol perlawanan terhadap setan.

Perlawanan harus dilakukan terhadap setan karena mereka selalu berupaya untuk menyesatkan manusia dari jalan kebenaran dan menjauhkan dari jalan Allah SWT.

Dikutip brilio.net dari buku Sejarah Ibadah karya Syahruddin El Fikri, Kamis (24/9), kisah melempar jumroh terjadi sekitar 4.000 tahun yang lalu, tepatnya pada 1870 SM, ketika Nabi Ibrahim AS bermaksud menyembelih putranya Nabi Ismail AS.

Ketika Ibrahim bermaksud menyembelih Ismail untuk melaksanakan perintah Allah SWT, tiba-tiba datanglah setan menghampiri. Setan bermaksud menggoda Ibrahim agar menghentikan niatnya untuk menyembelih Ismail. Namun dengan penuh keyakinan, dan ketakwaan terhadap Allah SWT, Ibrahim tetap melaksanakan perintah itu.Ibrahim tahu kalau tujuan setan atau iblis pada hakikatnya untuk mengajaknya melanggar perintah Allah.

Karena itu, Ibrahim kemudian mengambil tujuh batu kerikil dan melemparnya ke setan. Inilah yang disebut Jumroh Ula.Tak berhasil mempengaruhi Ibrahim, setan lalu membujuk Hajar, istri Ibrahim. Setan mempengaruhi Hajar jika sebagai seorang ibu pasti tak akan sampai hati mengetahui buah hatinya dikorbankan. Tapi Hajar menolak dan melempari setan dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu kemudian dijadikan tempat melempar Jumroh Wustha.

Setan lalu beralih menggoda Ismail yang dianggap masih rapuh keimanannya. Tapi Ismail ternyata juga menunjukkan perlawanan. Ia kukuh memegang keimanannya dan yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT.Ibrahim, Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama melempari setan dengan batu kerikil yang kemudian diabadikan menjadi lemparan Jumroh Aqabah. Allah SWT pun memuji upaya Nabi Ibrahim AS dan keluarga karena dianggap berhasil dalam menghadapi ujian Allah SWT.

Itulah peristiwa yang menjadi pelajaran bagi umat manusia. Pelemparan batu kerikil itu kemudian menjadi kewajiban bagi setiap jamaah haji sebagai bentuk keteladanan atas kemuliaan dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya

Sumber :

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ntsbod

https://www.google.com/amp/s/www.fahiraidris.id/miqat.html/amp

https://www.google.com/amp/s/www.tokopedia.com/blog/makna-ihram-dalam-umroh-dan-naik-haji/amp/

https://blog.erahajj.co.id/read/71/ini-dia-asal-usul-thawaf-pada-haji-dan-umroh#:~:text=Thawaf%20dimulai%20dari%20Hajar%20Aswad,%2C%20tempat%20ka'bah%20berada.

https://dewanggaumroh.com/makna-dan-sejarah-wukuf-di-arafah/


Next Post Previous Post
2 Comments
  • Sarieffe
    Sarieffe 2 Agustus 2020 pukul 22.43

    Berarti selama mau menyembelih, nabi Ibrahim dan keluarganya digoda sebanyak 7x ya? Soalnya di referensi lain aku cuma baca 3x, duh..

  • Ami Hamni
    Ami Hamni 5 Agustus 2020 pukul 19.23

    Masyaallooh membaca lagi sejarah sa'i saya jadi ingat waktu kecil sbelum tidur diceritakan asal mula air zam zam sama bapak

Add Comment
comment url