Perempuan Suci Penunggu Air Terjun (Part 1)



Hai kawans. terima kasih sudah membaca isi blog gue.

Tulisan kali ini gue mau coba nge-remake mitos Curug Caweni yang merupakan mitos terkenal di daerah Jampang-Sukabumi Jawa Barat. Curug Caweni merupakan curug (air terjun) indah yang di curug itu ada batu berbentuk sesosok perempuan tepat di aliran airnya. Singkatnya, batu itu merupakan jelmaan janda suci yang berubah menjadi batu karena saking lama menunggu suaminya pulang. Woow nunggu suami pulang doang bisa jadi batu ya? hehe.. for your information ya kawans. perempuan itu sebelumnya pernah menikah selama 99 kali, hampir semua suaminya mati sebelum malam pertama, kecuali suami yang terakhir itu. makanya itu Curug diberi nama Caweni yang kalau dalam bahasa Indonesia berarti janda yang masih suci. Lebih lengkap cerita aslinya, bisa di chek di  https://wisatasia.com/unit/3702

Perempuan Suci Penunggu Curug
***
Langit Cidolog yang masih dalam wilayah Kerajaan Padjajaran, malam itu kedatangan banyak bintang dan satu bulan. awan-awan hitam yang biasanya bermain di langit, diusir lah oleh bulan dan bintang itu. Malam pun menjadi lebih ramai.

Di bawah langit, pasukan dingin datang menyengat. Berpatroli di kedalaman hutan yang luas dan rindang. Bukit-bukit sedang berbaris menyambut bintang, ada juga sungai dan Curug, duduk manis menyambut bulan. Oh ya, ada lagi yang ikut menyambut bulan dan bintang. Ialah sebuah gubuk yang masih menyalakan lilin sebagai penerang malam.

Tiba-tiba….

“Oaa oaaaa, oaaaa” Tangisan bayi terdengar.

“Alhamdulillah Pak, Bu, Bayinya perempuan” sahut Ma Beurang (sebutan untuk dukun beranak di kampung).

Wah… “ Bu Minang tersenyum sejenak, “alhamdulillah Pak, Bayi kita sudah lahir” ucap bu Minah kepada suaminya.

“Wah…” Pak Abdul ikut tersenyum sejenak,“lucu ya Bu… anak kita perempuan” seru Pak Abdul.

Suami-istri itu sangat berbahagia karena Allah karuniakan mereka bayi yang lucu untuk menemani kehidupan mereka ke depannya. Masya Allah tabarokalloh

“Anaknya mau dikasih nama siapa Bu?” tanya Ma Berang.

“Kita kasih nama Siti saja Bu, Bapak sudah istikhoroh Pak Abdul menjawab.

Langit malam itu berubah menjadi hangat, sosok bayi lucu sehat dan cantik itu pun disambut bulan, bintang dan teman-temannya. Tangisan Siti seperti jam weker. Membangunkan hewan dan tumbuhan yang sebelumnya sudah tertidur pulas.

Allohu akbar Allohu Akbar

Siti kecil diperdengarkan azan oleh Pak Abdul, tiba-tiba tangisan nya berhenti. Seolah menikmati setiap kalimat indah panggilan Illahi yang masuk lewat telinga kanan dan kirinya. Tangannya meronta, kakinya menendang-nendang, Siti kecil terlihat bahagia.

”Nak, Bapak ingin kamu jadi perempuan yang sholehah, sabbar, ikhlas dan tawakal ya nak, Kamu jangan pernah ninggalin solat, karena solat tiangnya agama, kamu jangan pernah membuka aurat, karena membukanya sama saja membawa bapak keneraka. Kamu nanti belajar ngaji ya, biar ngerti agama, biar nanti jadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Satu lagi nak, bapak sama Ibu sayang sama kamu. Muuuach


….… 17 tahun kemudian …..

“Siti, punten, ambilkan kayu bakar yang di teras rumah ya, Ibu mau masak” ujar Bu Minah meminta tolong Siti.

“Oh iya Bu, sebentar, segera Siti bawakan, tunggu ya Bu” Jawab Siti dengan lembutnya .


Bersambung....
Next Post Previous Post
2 Comments
  • Blogger DepiN
    Blogger DepiN 16 Oktober 2019 pukul 01.08

    Mana kelanjutannya om

    • Ibrahim Dutinov
      Ibrahim Dutinov 16 Oktober 2019 pukul 05.56

      Ada di postingan sesudah ini Kak. Coba klik gambar headernya dulu. Hhe

Add Comment
comment url