Ta’aruf, via CV
Setahuku, membuat CV atau daftar riwayat hidup itu untuk melamar pekerjaan. Memberikannya kepada kepala personalia lewat email, pos atau langsung mendatangi perusahaan. Seringnya, semua serba “dihias” supaya CV kita bisa diminati dan langsung ditindaklanjuti dengan proses selanjutnya, Wawancara.
CV Ini berbeda, aku dimintai membuat CV untuk ditukar dengan CV calon teman hidupku. Bagaimana rasanya? Aneh. Karena perdana sekali membuat CV untuk keperluan selain melamar kerja. Hihi, bahannya ada di internet, kita tinggal mengisi informasi yang dirasa perlu saja.
Siapa sangka, ternyata aku lebih dekat mengenalmu dari sana, CV itu. Kamu menjelaskan dirimu di sana, latar pendidikan, orang tua, suka sama apa, benci sama apa, cita-citanya seperti apa.
Sempat ada hasutan-hasutan kecil penebar keraguan :
“Bagaimana kalau CV ini tidak jujur?”
“Bagaimana kalau ternyata nanti tidak sesuai?”
Setahuku, saat-saat seperti ini memang kita tidak bisa berburu-buru. Bukan hal bijak menentukan sesuatu dari satu sudut pandang. Data-data itu perlu di verifikasi. Maka hilanglah sedikit keragu-raguan itu. Tinggal bagaimana kita menentukan tujuan.