Hujan Bercerita Tentang Hak dan Kewajiban
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.
Salam hangat teruntuk teman-teman semua di manapun berada. Tulisan kali ini sebetulnya adalah tulisan beberapa bulan lalu yang spontan ditulis karena melihat sesuatu yang menurut gue bisa dijadikan pelajaran buat gue pribadi. Secara pelajaran bisa kita dapat dari mana aja bukan? Tidak melulu soal bangku sekolah, kuliah atau bertanya langsung kepada penjaga ilmu.
Ceritanya begini....
Perjalanan berangkat kerja gue hari ini tidak seperti biasanya. Sedari setelah bapak-bapak yang rajin keluar dari mesjid untuk beritikaf, hujan turun mengguyur tempat gue. Sedari itu, jalanan tetiba hening. Namun setiap rumah nampaknya berubah menjadi hangat. Yap! enaknya sih narik selimut ketimbang berangkat kerja ya. Tapi tunggu dulu. Gue harus adil. Setiap kita pasti mempunyai hak dan kewajiban.
Begitupun dengan status kita sebagai karyawan di sebuah perusahaan. Kita pasti terikat dengan hak dan kewajiban. Hak kita adalah mendapatkan penghasilan, mendapatkan kenyamanan dan kemanan dalam bekerja, asuransi kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian, jaminan kesehatan, insentif jabatan, serta jaminan dan insentif lainnya.
Sedang kewajiban kita adalah melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya. Sebagaimana dahulu kita akad via surat kontrak atau surat karyawan tetap. Singkatnya itu adalah perjanjian kerja. Hak dan kewajiban kita tertera di situ.
Kita harus berbuat adil, jangan mau enaknya saja. Ya memang enak kalau pas hujan, kita tarik selimut, ngopi di rumah, nonton felem yang baru keluar, atau melakukans sesuatu yang jelas kita sukai (selain pekerjaan). Sementara kewajiban kita sebagai seorang pekerja jadi tidak dipenuhi. Tahu gak? segala sesuatunya nanti bakal dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak loh.
Well. balik lagi ke cerita gue, (eh gue kan tadinya mau cerita perjalanan, napa jadi curhat yang laen?)
Hujan deras menyambut gue di pintu keluar kontrakan. motor gue sudah basah-basahan sedari tadi. satu hal yang gue sesali sebelum berangkat adalah
Di Indonesia itu musim resmi cumana ada dua (yang non resminya banyak, ada musim duren, rambutan, dls). Hanya ada musim panas, dan satunya lagi musim hujan. Sebuah kesalahan yang besar ketika seorang Indonesia tidak menyiapkan jas hujan/payung ketika hujan.
Gue gak punya jas hujan. yang ada pun cuman "plastik hujan" sekali pakai seharga 12rebuan. Yang gue pakai sering. Kondisinya udah ada satu dua bolong dan masih gue pakai. Karena pagi-pagi belum ada toko jas hujan yang buka. Terus gue takut kesiangan. Akhirnya gue pakai aja yang ada.
Ada Mobil Masuk Selokan
Ditengah perjalanan, gue menemukan ada serangkaian mobil yang berhenti. (Duh, macet apa ini) setelah gue telusuri, ternyata ada mobil yang salah satu ban depannya masuk ke selokan kecil. Menyebabkan mobil tidak bisa bergerak. Yang gue salut dari pemandangan ini adalah... banyak pengendara lain yang peduli, bukan klakson yang mereka tekan, atau emosi ketika jalan mereka terhalangi.
Bapak-bapak dimotor itu turun dari motornya. Mereka seolah tahu bahwa kejadian itu hanya bisa diselesaikan dengan memindahkan ban yang terperosok ke tempat semestinya. diangkatlah bagian depan obil itu dengan 3-5 orang dewasa secara gotong royong. Ada Pemuda yang membantu mengamankan posisi jalan dan lalu lintas. Harmoni indah dipagi hari.
Masya Allah. sebuah pemandangan yang luar biasa.
Beberapa menit sebelum bell tanda masuk kerja dan tanda mulai kerja. gue dah masuk kantor. Gue lihat salah satu orang HRD sudah nongkrong di jendela, memantau keadaan dengan handy talkie digenggamkan ke arah mulut. Gue salut sama dia, sudah pasti dia dituntut untuk menjadi teladan di perusahaan. Mungkin dia juga merasakan apa yang banyak orang rasa. Tarik selimut, ngopi, dll. Tapi dia memilih untuk melaksanakan kewajibannya dengan baik. malah datang lebih awal sebelum yang lain datang sekalipun.
Sekian cerita pagi ini.
Gue Ibrahim. Gue penulis, bukan teroris.
Dari jalananan kita banyak belajar, kebersamaan seperti cerita diatas tak sebanding dengan harga mobil yang diangkat bannya dengan 3-5 orang. Ini tentang manusia. Bukan hewan, apalagi kendaraan. Terimakasih idutinov selalu menginspirasi. Semoga melalui tulisan-tulisannya dapat terus menebar kebaikan.
Do'akan aku guru
Nilai-nilai kemanusiaan akan senantiasa tertanam dalam jiwa manusia. Tuhan mengajarkan nya melalui alam (hujan).
Alhamdulillah.. Hanupis guru sudah berkenan mampir
Pelajaran hidup bisa diambil dari hal-hal yg sederhana.. setelah baca ini jadi lebih bersyukur dan lbh menghargai hidup.. terimakasih tulisannya..
Alhamdulillah.. Makasih Bu Sudah berkenan meninggalkan jejak