Ajaran Tentang Move on dalam Al Qur’an dan Hadis

 

Tangkapan layar Spotify 

Disclaimer: Artikel ini adalah catatan saya setelah menyimak podcast Ustadz Hanan Attaqi di platform Spotify. Mungkin isinya tidak sama persis, tapi saya coba meringkas poin-poin penting yang memang perlu disampaikan, khususnya membahas perihal move on.

Beberapa poin penting yang saya catat adalah sebagai berikut:

Ajaran Tentang Move on dalam Al Qur’an atau Hadis

Ustadz Hanan Attaqi memulai podcast dengan pertanyaan “Ada nggak ajaran Al Qur’an atau hadis tentang cara move on?” tidak lama kemudian, beliau langsung menjawab dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam surat Al Insyirah ayat 8:

 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب

Artinya: “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”

Penjelasan tentang firman di atas ternyata perlu diterjemahkan lagi, perlu diinterpretasikan lagi oleh beberapa hadis dan ayat lain supaya bisa move on beneran.

Beberapa hadis yang dibahas ustad Hanan untuk menginterpretasikan surat Al Insyirah ayat 8, di antaranya:

Hadis Move on 1

Move on memang perlu pemikiran yang terbuka. Ustadz Hanan Attaqi mengungkap sebuah hadis berikut agar kita bisa lebih terbuka dalam berpikir.


حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الطَّنَافِسِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ فَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ


Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Ali bin Muhammad Ath Thanafusi] keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Idris] dari [Rabi'ah bin Utsman] dari [Muhammad bin Yahya bin Hibban] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah] ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Antusiaslah terhadap segala sesuatu yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau ucapkan: 'seandainya dulu aku melakukan ini dan ini'. Akan tetapi katakanlah: 'sudah menjadi ketentuan Allah, Ia melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya'. Karena ucapan 'seandainya membuka pintu setan,” (HR Ibnu Majah)

Kalimat yang disorot ustadz Hanan dalam hadis di atas adalah: “Jika engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau ucapkan: 'seandainya dulu aku melakukan ini dan ini'. Akan tetapi katakanlah: 'sudah menjadi ketentuan Allah, Ia melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya’”

Biasakan juga untuk mengucap qodorullah ketimbang mengatakan “seandainya dulu begini, begitu.” Jadikan Qodorullah sebagai magic world untuk move on.

Mengenal Allah SWT Sebagaimana Hakikatnya

Poin selanjutnya yang menjadi catatan saya adalah kita harus menganggap Allah SWT sebagaimana hakikatnya.

Allah SWT itu kan maha segalanya, termasuk maha membolak-balikkan hati agar kita bisa move on. Kita jangan menganggap Allah SWT itu hanya sebatas sesembahan, salah kaprah itu namanya.


Surat Hud Ayat 6

Bicara move on, masih ada ayat lain dalam Qur’an. Dalam surat Hud ayat 6, Allah SWT berfirman:

وَمَا مِن دَاۤبَّةࣲ فِی ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَیَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلࣱّ فِی كِتَـٰبࣲ مُّبِینࣲ 


Artinya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauḥ Maḥfuẓ).”

Ustadz Hanan menggaris bawahi kata mengetahui tempat kediamannya, dan tempat penyimpanannya. Kita digambarkan hanya tahu soal tempat kediaman kita saja, tidak dengan tempat penyimpanannya.

Lebih jelas lagi, kita bicara konteks jodoh. Kita digambarkan hanya tahu soal kita ini tempatnya di mana, tapi jodoh kita, kita nggak tahu di mana di simpannya. Misalnya, ustad Hanan orang Aceh, gatau kalau ternyata jodohnya orang Jawa.

Hadis Move On 2


حَدَّثَنَا قُرَّانُ بْنُ تَمَّامٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ وَهْبٍ الْحِمْصِيِّ عَنِ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ أَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي مِنْ الْقَدَرِ شَيْءٌ فَأُحِبُّ أَنْ تُحَدِّثَنِي بِحَدِيثٍ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُذْهِبَ عَنِّي مَا أَجِدُ قَالَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عَذَّبَ أَهْلَ السَّمَوَاتِ وَأَهْلَ الْأَرْضِ عَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ كَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْرًا مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ أُحُدٌ لَكَ ذَهَبًا فَأَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَمْ تُؤْمِنْ بِالْقَدَرِ وَتَعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ مَا تُقُبِّلَ مِنْكَ وَلَوْ مِتَّ عَلَى غَيْرِ ذَلِكَ دَخَلْتَ النَّارَ وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَلْقَى أَخِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَتَسْأَلَهُ فَلَقِيَ عَبْدَ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ لَقِيَ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ لَقِيَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ إِلَّا أَنَّهُ حَدَّثَهُ عَنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Artinya: "Telah menceritakan kepada kami [Qurran bin Tamam] dari [Abu Sinan Asy Sayibani] dari [Wahab Al Himsha] dari [Ibnu Dailami] berkata: "Aku mendatangi [Ubay bin Ka'ab] dan bertanya padanya, 'Wahai Abu Mundzir, sesungguhnya dalam hatiku ada sesuatu yang mengganjal dalam masalah takdir, maka ceritakanlah kepadaku suatu hadits, semoga dengannya Allah melenyapkan perasaan yang menganjal itu." Ubay berkata: "Jika Allah menyiksa penduduk langit dan bumi, maka Ia menyiksa mereka tanpa dengan kezhaliman, dan jika Allah menyayangi mereka, maka kasih sayang-Nya melebihi amal perbuatan yang mereka kerjakan. Jikalau engkau menginfakkan emas sebesar gunung uhud di jalan Allah Azza Wa Jalla, kemudian engkau tidak beriman dengan takdir, dan engkau tahu bahwa apa yang akan menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan mengenaimu, niscaya Allah tiada akan menerimanya darimu. Dan jika kamu mati dalam keadaan tidak seperti itu (beriman pada takdir) sungguh kamu akan masuk Neraka. Tidak ada salahnya jika kamu temui saudaraku, [Abdullah bin Mas'ud] dan menanyakannya kepada dia." Lalu ia menemui Abdullah, dan Abdullah juga mengatakan seperti perkataan itu, kemudian menemui [Hudzaifah bin Al Yaman] dan ia pun berkata demikian, lalu ia menemui Ibnu Mas'ud, ia pun berkata seperti itu hingga bertemu [Zaid bin Tsabit], lalu Zaid berkata kepadanya dengan seperti itu. Hanya saja I menceritakannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam," (HR Ahmad)

Satu kalimat penting dari hadis di atas yang bisa dijadikan rujukan untuk move on adalah:  “apa yang akan menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa yang meleset darimu tidak akan mengenaimu.”

Dari kalimat di atas, jika ingin move on, mau nggak mau kita harus menerima takdir-Nya dan yakin bahwa apa yang menimpa kita itu adalah takdir kita. 

Ditolak dari pekerjaan impian misalnya, lah tenang aja, selama itu bukan takdir kita, ya artinya Allah sudah menyiapkan tempat yang lain untuk kita. Namun perlu digaris bawahi adalah keyakinan ini dilakukan setelah kita merasa sudah berikhtiar dengan sungguh-sungguh.

Jika belum berikhtiar, ya ikhtiar dulu lah. Man jadda wa jada.




Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url