Pak Wira
Sekira pukul 8 pagi WIB, jalanan Parungkuda yang menghubungkan Sukabumi dengan Bogor atau sebaliknya, mulai banyak dilalui berbagai macam kendaraan. Matahari masih segar, baru saja menggeliat. Angin sepoi sesekali lewat, dibawa mobil agak besaran dikit. Di jalan itu, melihat aku melintas, Pak Polisi mengajak aku menepi sebentar.
"Selamat siang Pak" sapa Pak Polisi sambil mengangkat tangan, memberi penghormatan. standar SOP.
"Selamat siang Pak" sapa Pak Polisi sambil mengangkat tangan, memberi penghormatan. standar SOP.
"Siang" jawab saya singkat
"Boleh lihat surat-suratnya? SIM, STNK?"
"Oh iya ada Pak, nih" kutunjukkan SIM C yang baru saja keluar dari sela dompet.
"Silahkan tandatangan di sini ya Pak" tanpa basa-basi setelah melihat dan mencatat pelat kuda besi yang kunaiki, Pak Polisi itu ngasih surat untuk ditandantangani.
"285 itu pasal apa Pak?" tanyaku penasaran
"Itu tentang kelengkapan Pak, Bapak kan gak pake spion" jawab Pak Polisi antusias menjelaskan.
aku percaya begitu saja, karena kuyakin mana mungkin 285 tentang pembunuhan, kan gak nyambung.
"Terus selanjutnya gimana Pak?" Tanyaku ke Pak Polisi.
"Nanti sidang ya di Kejaksaan, tanggalnya bisa dilihat di situ" ucap Pak Polisi sambil nunjukin tanggal disurat.
"Oh oke Pak, Terimakasih"
kulihat dari name-Tagnya, polisi itu bernama WIra.
*****
di waktu dan tempat berbeda
*****
*****
"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Tanyaku ke Udin, salah satu muridku di SMP.
"Iya Pak" jawab Udin singkat sambil nunduk.
Udin ketahuan melakukan tindakan tidak terpuji, tertangkap basah tengah merokok di warung belakang sekolah. Tindakan itu tidak bisa dibiarkan, terlebih Udin ini adalah muridku kewenangan ku sebagai gurunya harus bisa membuat Udin tidak melakukannya lagi.
"Syukurlah kalau begitu, kamu siap bertanggung jawab kan?" aku bertanya lagi, memastikan dia siap bertanggung jawab. Sebenernya tanpa ditanya pun aku yakin dia pasti bertanggung jawab. karena ku tahu, Udin sebetulnya bukan orang yang nakal, malah sering berpestasi.
"Iya Pak" jawab Udin, lagi-lagi singkat sambil nunduk.
"Oh iya, Udin nama Bapaknya siapa?" tanyaku, amplop putih berisi surat panggilan orang tua sudah ku siapkan.
"Bapak saya namanya Wira Pak" jawab Udin singkat.
"Oh Pak Wira ya, ya sudah, tolong kasihkan surat pemanggilan ini ke Pak Wira ya"