Penjahit - Episode 4

Falaq Lazuardi


Emak, Murobbi dan Istikhoroh Cinta

“Ya kali ini bola berada di kaki Febri Bow sang prahara penghancur keharmonisan rumah tangga. Iiiih iiiiiih Febri Bow meliuk liuk seperti ular, melewati 1-2 pemain digaris pertanahan musuh….. hiyya, Febri melayangkan Umpan LDR ke arah kotak penalti, ada siapa di sana…. jebreeeeeeeeeeeet”

“Ibrahim! jadinya kapan kamu bawa mantu buat emak?” tiba-tiba Emak ngomong sambil nepuk paha aku yang sedang sila. Aku yang sedang asyik-asyikna nonton pertandingan bola jadi kikuk seketika.

Jlebbb. Seperti ada pedang yang menusuk dada.
Aku bingung seribu bahasa, kenapa pertanyaan itu datang lagi?  

***
Philips 5w mengawasiku dari atap, dia setia sekali sedari habis maghrib sudah terjaga. Jendela kamar kubiarkan terbuka, karena kamarku terasa pengap. Mungkin karena di luar, musim hujan akan segera datang. Atau mungkin ruangan kamar kewalahan menahan aura negatif yang akan merasuki ku. Aku duduk dipinggir tempat tidurku. Melihat kembali CV Ta’aruf sebelum besok malam ku serahkan ke Murobbiku.

Setelah obrolan dengan emak malam kemarin, aku jadi kepikiran. Aku berkonsultasi dengan Murobbiku tadi pagi.

“Yasudah, sepertinya kamu memang sudah siap nikah. Umur kamu sudah matang, punya kerjaan juga untuk menfkahi keluargamu kelak. Saya lihat ilmu agama kamu juga sudah cukup, hal-hal spesifik nanti. Saya rasa kamu bisa beradaptasi sebagaimana adaptasinya kamu dengan ilmu-ilmu liqo mingguan kita” ucap Ustadz Supri memberikan nasihat kepadaku, aku mengangguk.

“Besok, kamu kasih CV Ta’arufnya ke saya ya. Kita manusia hanya bisa berusaha kan?, biar Allah yang memutuskan. Mudah-mudahan lewat ta’aruf ini kamu bisa bertemu dengan jodoh yang sekufu” tanya Ustad Supri, saya mengiyakan. Tak barang lama, ustad melanjutkan sarannya “Insya Allah. Nanti saya sama Istri akan berdiskusi, siapa tahu ada anggota liqo yang dimurobikan Istri yang berjodoh dengan kamu”

Begitulah obrolan singkat dengan Ustad Supri pagi itu. membuatku sedikit lega. Sengaja ku datangi rumah beliau pagi-pagi sebelum berangkat kerja. Nyatanya hati yang galau ini memang perlu nasihat. Ya CV yang dimaksud itu kini sudah di tangan.

“Huffft” energi negatif seolah keluar dari mulutku. Aku terjatuh tepat diatas kasur. Kulihat si philips tersenyum lebar menyambut wajah lelahku. Namun perlahan ia menjadi pudar, entah kenapa.

“Wah cantiknya menantu emak…” ucap emak sambil mencubit mesra seseorang perempuan di sampingku “titip anak emak ya, si Baim ini sering telat bangun shubuh, kalau kamu bangun sebelum dia bangun, kamu segera ke air ya, ambil gayung terus usapkan ke wajahnya, enggak lama dia pasti bangun kok. Dia mah susah kalau dibangunkan pakai tangan atau mulut doang mah. Harus pakai air. Apalagi kalau dia habis ngaji malam” lanjut emak memberikan wejangan. Wajahku memerah

Aku dan Dia sedang sungkem tepat di hadapan emak. Tanganku memegang tangan erat tangan kirinya. Tangan kanan emak masih asyik mengelus dan mencubit pipi perempuan di sampingku. tak terasa bulir-bulir indah itu keluar dari netranya emak. Perlahan turun mengajak netraku mengeluarkan bulirnya.

aku terbangun, si Philips masih saja  tersenyum lebar.

“Ya. Besok malam harus segera ku sampaikan CV Ta’aruf ini” ucapku mantap meyakinkan hati. Aku beranjak dari kasur, berjalan menuju air.

Ku Angkat tangan, aku bertakbir menyebut Asma-Mu
Wajahku menunduk
Ku turunkan badan merukuk, bertasbih menyebut Asma-Mu
Wajahku menunduk
Ku Bersujud kepada-Mu, aku bangun dan meminta ampunan-Mu
Wajahku menunduk

Ya Allah..
Jika ia baik bagiku, agamaku dan kehidupanku setelah itu
Maka mudahkanlah, dan dekatkanlah aku padanya Ridhoi aku denganya.
Namun Jika ia buruk bagiku, Agamaku dan kehidupanku selepas itu
Maka jauhkanlah

Ya Allah. Aku beristkhoroh dengan ilmu-Mu
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url