Review Novel Kaerumichi Panji Pratama



Dokumen Pribadi


Setidaknya ada empat alasan kenapa saya me-review novel Kaerumichi karya Panji Pratama. Keempat alasan itu di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Memiliki latar pedesaan di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Kabandungan.
  2. Unik! Di dalamnya terdapat salah satu tokoh utama yang tidak dapat berbicara. Pertanyaannya, bagaimana cara menulis menjelaskan komunikasi tokoh tunawicara tersebut?
  3. Sambil belajar bahasa dan istilah ilmiah.
  4. Saya suka.

Panji Pratama – Penulis, Pengajar dan Aktivis

Panji Pratama atau lebih akrab disapa Kang Panji adalah seorang penulis yang serba bisa. Selain menulis novel, beliau juga aktif menulis di berbagai portal media seperti Republika, Pikiran Rakyat, guneman.com, dan portal media lainnya.

Di sisi lain, Panji Pratama merupakan seorang pendidik di beberapa instansi. Namanya terdaftar sebagai guru bahasa Indonesia di SMAN 1 Nagrak, dosen dan pengajar di beberapa instansi lainnya. Tulisan akademik berupa jurnal dan buku mata pelajaran dari  juga sering terbit meramaikan literasi pendidikan kita, loh.

Selain menulis dan mengajar, Panji Pratama juga sering terlibat di banyak kegiatan sosial. Kiprahnya bahkan sampai pernah menjadi volunteer pasca Tsunami Aceh.

Selayang Pandang

Kaerumichi Panji Pratama merupakan novel drama romantis yang enakeun dibaca ketika sedang dalam perjalanan. Karena ceritanya menarik dan bikin penasaran, saya teh menyelesaikan novel ini sekitar berapa jam, dalam sekali duduk saja. 

Review ini juga saya tulis secara spontan. Jadi bisa dibilang ini teh merupakan review yang jujur  tanpa ada paksaan dari pihak mana pun. Dari total 146 halaman menarik yang ada, izinkan saya mengulasnya dalam artikel ini, ya.

Tak kenal maka tak sayang! Sebelum dua sejoli yang saling menguatkan, saling berjuang untuk membahagiakan pasangan, berjuang mengalah dan memenangkan ego pasangan, tentu ada pandangan pertamanya bukan? 

Pertama sekali saya mengenal buku ini adalah saat Kang Panji -panggilan akrab Panji Pratama- menjadi salah satu tamu dalam agenda musyawarah cabang forum lingkar pena kabupaten Sukabumi (FLP Kab. Sukabumi).

Dalam kesempatan tersebut, Kang Panji menjelaskan proses bagaimana ia membuat novel Kaerumichi. Dan di sanalah saya mulai tertarik ingin membacanya.

Enaknya Membaca

Menikmati imaji yang dibentuk dari tulisan memang memiliki rasa tidak biasa. Tidak seperti menikmati pertunjukan film atau drama yang setiap adegannya dapat dilihat.

Ada rasa penasaran yang luar biasa ketika kita menerjemahkan kata demi kata yang disampaikan penulis di dalam kertas, menjadi  sebuah tayangan visual di dalam pikiran. Biasanya  bayangan sempurna suatu latar akan tergambar ketika penulis berhasil merangkai kata yang menjelaskan lebih detail latar tempat dan suasana di dalam novel.

Rasa berbeda ini saya dapatkan ketika membaca bab demi bab novel kaerumichi. 

Tulisan di Belakang Buku, Blurb.

Ismi telah dewasa. Banyak perubahan terjadi dalam hidupnya, termasuk ia yang harus menjadi pewaris utama sebuah restoran Jepang ternama di Indonesia. Hanya saja masalah menerpa, restoran itu sudah kehilangan ketenaran dan perlahan menghadapi ancaman kebangkrutan. Di sisi lain, Ismi juga dicampakkan oleh sang kekasih.

Di tengah-tengah kebingungan dan tendensi ingin mengakhiri hidup, Ismi menemukan sebuah kotak berisikan surat-surat cinta yang pernah dikirimkan oleh pengagum rahasianya di masa kecil. Surat-surat itu menunjukkan betapa Ismi pernah menjadi putri yang selalu diagung-agungkan. 

Empat Alasan Kenapa Saya Me-Review Novel Kaerumichi

Memiliki Latar Pedesaan di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kecamatan Kabandungan

Sahabat ada yang pernah film luar negeri yang memiliki latar atau salah satu tokohnya berasal dari Indonesia? Misalnya nonton Joe Taslim di salah satu film Fast Furious, Iko Uwais yang bermain di salah satu film Star Wars atau Candi Prambanan sebagai salah satu latar tempat di film Beyond Skyline (2017).

Saya mah pernah atuh. Jangan ditanya rasanya bagaimana, yang pasti mah ada manis-manisnya. Perasaan penasaran dan bangga muncul  ketika nama Indonesia muncul di dalam film luar negeri. 

Penasaran dan bangga juga saya rasakan ketika Sukabumi menjadi salah satu latar tempat di novel Kaerumichi. Kan kalo kota-kota besar mah sudah enggak aneh, ya.

Sebagai seorang yang pernah berada di tempat di dalam lokasi novelnya, (ya.....saya teh pernah ke Kabandungan, tempat yang juga menjadi salah satu latar utama di dalam novel) saya merasa apa yang disampaikan oleh Panji Pratama ini beneran tergambar secara detail.

Dengan penggambaran yang detail ini, saya sangat merekomendasikan kamu yang orang Sukabumi, kebetulan sedang belajar menulis novel, kamu teh harus pisan membaca Kaerumichi.

Kamu bakal dapat contoh nyata bagaimana penulis men-copy latar Kabandungan melalui indera perasa dan mem-paste dalam bentuk tulisan.

Unik 

Di dalamnya terdapat salah satu tokoh utama yang tidak dapat berbicara. Pertanyaannya, bagaimana cara menulis menjelaskan komunikasi tokoh tunawicara tersebut?

Rindu itu ibarat hati yang sedang gundah

Tak cukup kalimat dan intonasi untuk diucap

Dariku hanyalah gerakan jemari tak berkesudah

Untuk mengisyaratkan cinta yang penuh harap

- Halaman 19

Sambil Belajar Bahasa dan Istilah Ilmiah

Sedikitnya ada 6 bahasa yang digunakan. Di antaranya adalah sebagai berikut 

- Bahasa Indonesia 

- Bahasa Sunda

- Bahasa Jepang 

- Bahasa Inggris

- Bahasa Ilmiah

- Bahasa Isyarat

Sunda-Indo-Jepang adalah yang sering muncul, karena tokoh utama dalam novel diceritakan berasal dari keturunan Sunda-Indo-Jepang. Tidak sedikit bahasa ilmiah yang diberikan catatan kaki, waaaaah....beneran dapat ilmu baru, loh.

Selain itu ada bahasa isyarat yang bikin penasaran “Bagaimana cara menggambarkannya, ya?”

Saya Suka

Alasan terakhir ini adalah alasan paling jujur yang saya buat. Hehe

Sebagai seorang yang sedang belajar menulis. Saya mendapatkan insight baru dari Kaerumichi. Di beberapa bagian, saya teh seperti sedang diberikan contoh bagaimana menulis sebuah latar tempat.

Latarnya kan Sukabumi, tuh. Jadi kayak inilah bagaimana cara memasukkan pemandangan yang biasa kamu liat langsung ke dalam sebuah tulisan. 

Terus di dalam cerita teh ada cerita lain lagi yang seolah sengaja dimasukkan biar jadi pengetahuan sekaligus motivasi. Percaya enggak percaya, ada cerita Umar bin Khatab juga loh di dalamnya. Penasaran nggak sih?


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url