Perempuan Suci Penunggu Air Terjun (Part III)
Hai kawans. terima kasih sudah membaca isi blog gue.
Seperi part sebelumnya (part 1, part II), Tulisan ini adalah cerita yang di remake dari mitos Curug Caweni yang terkenal di daerah Jampang-Sukabumi Jawa Barat. Curug Caweni merupakan curug (air terjun) indah yang di curug itu ada batu berbentuk sesosok perempuan tepat di aliran airnya. Singkatnya, batu itu merupakan jelmaan janda suci yang berubah menjadi batu karena saking lama menunggu suaminya pulang. Woow nunggu suami pulang doang bisa jadi batu ya? hehe.. for your information ya kawans. perempuan itu sebelumnya pernah menikah selama 99 kali, hampir semua suaminya mati sebelum malam pertama, kecuali suami yang terakhir itu. makanya itu Curug diberi nama Caweni yang kalau dalam bahasa Indonesia berarti janda yang masih suci. Lebih lengkap cerita aslinya, bisa di chek di
https://wisatasia.com/unit/3702
https://wisatasia.com/unit/3702
Langit di Cidolog cerah seperti biasanya, burung-burung bernyanyi, pohon saling melambaikan rantingnya. Beberapa awan berjalan malu-malu karena dilihat matahari. Pagi itu keluarga Pak Abdul kedatangan tamu tak terduga.
“Assalamu’alaikum..” sahut seorang pria bertubuh dewasa, di belakangnya ada pemuda yang sebaya dengan Siti.
“Wa’alaikumussalam, mangga silakan masuk”
Tamu dipersilakan masuk. Siti membantu Ibunya mempersiapkan jamuan. Bapaknya menemani dan mengobrol dengan tamu. Setelah berbincang-bincang, ternyata tamu itu punya maksud ingin menikahkan Siti dengan Pemuda yang dibawanya.
Menurut kebiasaan di Cidolog, jika ada laki-laki datang melamar perempuan, maka keluarga perempuan harus merundingkan nya terlebih dahulu dengan si perempuan, supaya pernikahan berlangsung atas dasar kerelaan, bukan keterpaksaan.
Setelah berunding, Siti menerima. Akhirnya disampaikanlah oleh Pak Abdul kepada tamu, bahwa Siti menerima pinangan tamu. Akad nikah pun dilakukan lusa supaya tidak terjadi fitnah.
Sehari sebelum pernikahan
Bau amis darah tercium segar, berasal dari kambing dan ayam yang sengaja disembelih untuk menjamu calon besan. Rumah Siti mulai ramai didatangi tetangga. Ada yang datang sekedar ingin tahu, ada juga yang datang membantu. Menyiapkan pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari.
Tiba-tiba…
“Bu, Bu, kok mau sih si Siti dinikahkan sama orang gajelas? mending sama si Dirman tuh, orangnya kaya, anak kepala dusun, turunan kerajaan pajajaran pula” cetus Ceu Edoh ke Bu Minah.
“Kalau saya jadi bu Minah, saya enggak akan mau deh nerima pinangan gajelas itu” Ceu Edoh melanjutkan ketusnya.
Oh ya… Ceu Edoh adalah tetangganya Bu Minah. Di Cidolog, Ceu Edoh memang terkenal dengan sikapnya suka mengomentari hidup orang lain, suka mencampuri urusan orang lain. Padahal hidup sendiri saja belum benar, urusan sendiri saja masih harus diperbaiki. Tapi ya begitulah Ceu Edoh suka membuat orang kesal.
“Hoalah Bu, enggak apa-apa. Kita sebagai muslim kan sudah diberi contoh oleh Rosul. Apabila datang kepada kita seseorang yang bagus agamanya hendak melamar anak kita, maka terimalah, kalau enggak maka akan terjadi fitnah. gitu kan Ceu?” Bu Minah mengelak tudingan Ceu Edoh..
“Halah! hari gini tuh ya kita harus bisa ngaturnya. Harus dilihat ke depan, masa depan Siti nantinya gimana? Jangan biarkan masa depan Siti jadi suram loh Bu!” seru Ceu Edoh dengan nada tinggi.
“Masa depan itu sudah Allah jamin kok Bu, selama kita ta’at, menjanlankan perintahnya, menjauhi larangan-Nya, dan selalu berusaha berbuat baik terhadap semua urusan. Allah pasti jamin kelayakan hidup kita kok Ceu” Bu Minah mengingatkan dengan lembut.
“Ah sudah! Sudah! susah kalau ngomong sama orang gak ngerti kayak Bu Minah. Saya pamit, assalamu’alaikum” pamit Ceu edoh dengan ketusnya.
“Wa’alaikumussalam.” jawab Bu Minah.
“Ada siapa Bu, kok kayak ribut-ribut?” datang Pak Abdul.
“Itu ada Ceu Edoh mampir Pak” jawab Bu Minah
“Ceu Edoh kenapa? Kok Bapak denger tadi agak keras ya Ceu Edoh bicaranya. Sebenernya ada apa ya Bu?” tanya Pak Abdul keheranan.
“Enggak apa-apa kok Pak, sudah yuk kita ke dalam, Sambil menyiapkan untuk besok”
***
Hari esok pun tiba, akhirnya Siti menikah, Siti dan keluarga terlihat berbahagia, tapi tiba-tiba ada utusan dari Kerajaan Padjajaran datang..
“Saudara-saudara, warga Padjajaran, karena keadaan penting dan genting, bersama utusan ini, saya Raja Padjajaran memerintahkan kepada setiap warga. wajib mengirimkan satu orang laki-laki untuk membantu kerajaan Padjadjaran di medan perang.” begitulah kira-kira ucapan utusan kerajaan di depan rumah siti yang sedang ramai oleh warga yang menghadiri pernikahan.
Bersambung...
Bersambung...
Kisahnya bikin penasaran nih.
Salam kenal dari Nottingham.
Alhamdulillah hari ini sudah selesai. Salam kenal juga ya Kak