Perempuan Suci Penunggu Air Terjun (Part IV)
Hai kawans. terima kasih sudah membaca isi blog gue.
Seperi part sebelumnya (part 1, part II part III), Tulisan ini adalah cerita yang di remake dari mitos Curug Caweni yang terkenal di daerah Jampang-Sukabumi Jawa Barat. Curug Caweni merupakan curug (air terjun) indah yang di curug itu ada batu berbentuk sesosok perempuan tepat di aliran airnya. Singkatnya, batu itu merupakan jelmaan janda suci yang berubah menjadi batu karena saking lama menunggu suaminya pulang. Woow nunggu suami pulang doang bisa jadi batu ya? hehe.. for your information ya kawans. perempuan itu sebelumnya pernah menikah selama 99 kali, hampir semua suaminya mati sebelum malam pertama, kecuali suami yang terakhir itu. makanya itu Curug diberi nama Caweni yang kalau dalam bahasa Indonesia berarti janda yang masih suci. Lebih lengkap cerita aslinya, bisa di chek di
https://wisatasia.com/unit/3702
https://wisatasia.com/unit/3702
***
Hari esok pun tiba, akhirnya Siti menikah, Siti dan keluarga terlihat berbahagia, tapi tiba-tiba ada utusan dari Kerajaan Padjajaran datang..
“Saudara-saudara, warga Padjajaran, karena keadaan penting dan genting, bersama utusan ini, saya Raja Padjajaran memerintahkan kepada setiap warga. wajib mengirimkan satu orang laki-laki untuk membantu kerajaan Padjadjaran di medan perang.” begitulah kira-kira ucapan utusan kerajaan di depan rumah siti yang sedang ramai oleh warga yang menghadiri pernikahan.
Pernikahan yang seharusnya indah itu, seketika berubah. Panik, cemas, dan takut semua dirasakan warga yang hadir pada waktu itu.
Sore harinya, para pria warga Cidolog berkumpul di sepetak lahan dekat curug. letaknya lumayan jauh dari tempat warga bermukim. Mereka sedang bersiap-siap, Bapak dan suami Siti termasuk di antaranya.
.
Siti mengikuti dari belakang. Berharap Bapak dan Suaminya tidak jadi pergi, tapi apa daya. Takdir sudah tertulis. Di bawah pohon dan semak dekat curug itu, Siti menyaksikan Bapak dan Suaminya pergi.
Di sanalah Siti melihat Bapak dan Suaminya untuk terakhir kalinya.
Kabar meninggalnya pasukan Padjadjaran yang kebanyakan berasal dari warga Cidolog berhembus ke telinga Siti dan Bu Minah. Padahal selama beberapa bulan ini keduanya giat merapikan sepetak lahan sekitar Curug untuk menyambut kedatangan suami mereka untuk dijadikan tempat singgah yang nyaman.
Sedih bukan main keduanya mendapatkan kabar itu dari utusan Padjajaran. Siti pingsan berkali-kali karena tak mampu menerima kenyataan bahwa Bapak dan Suaminya telah tiada.
“Nak, sudah ya, kita jangan bersedih lagi hakikatnya setiap yang bernyawa itu pasti mati. Kita tinggal menunggu waktu saja” ucap Bu Minah menenangkan Siti
Siti mengangguk dan jatuh di pelukan Sang Ibu.
Beberapa bulan kemudian, Siti kembali mendapatkan lamaran dari seorang pemuda, kali ini adalah seorang pedagang yang kebetulan sedang mampir. Pemuda itu mendapatkan kabar bahwa di Cidolog ada seorang perempuan cantik wajah dan akhlaknya, taat beribadah, sering bersedekah, selalu membantu orang tuanya tanpa membantah.
Lamaran itu kembali diterima, akad segera di adakan untuk menghindari fitnah. Tapi tidak lama setelah pernikahan itu, utusan kerajaan kembali datang meminta pasukan.
Apa mau dikata, Siti terpaksa menerimanya. kalau urusan kerajaan siti tidak bisa menolak walaupun sangat khawatir. Dengan sabar Siti menunggu suaminya pulang, dirapikan lagi sepetak lahan dekat curug itu, Siti membuatkan surau dan tempat istirahat dengan bahan se adanya, bersama Bu Minah, Siti berjuang membangun area itu untuk menyambut suaminya.
“Mudah-mudahan suami Siti pulang dengan selamat ya Bu” do’a Siti
“Aamiin, Ibu juga berharap seperti itu” Bu Minah mengamini.
Di adakan = diadakan
Weh, dibuat bab. Bisa jadi buku ini nanti.
Hoalah. Iya juga ya. Hehehe.
Makasih Kak Penenun sudah mengoreksi. Hehe. Insya Allah rencananya memang mau dibikin antologi dengan cerita remake dari Sukabumi Lainnya. Do'akan