Perempuan Suci Penunggu Air Terjun (Part V)


Hai kawans. terima kasih sudah membaca isi blog gue.

 Seperi part sebelumnya (part 1part II part III, pasrt IV), Tulisan ini adalah cerita yang di remake dari mitos Curug Caweni yang terkenal di daerah Jampang-Sukabumi Jawa Barat. Curug Caweni merupakan curug (air terjun) indah yang di curug itu ada batu berbentuk sesosok perempuan tepat di aliran airnya. Singkatnya, batu itu merupakan jelmaan janda suci yang berubah menjadi batu karena saking lama menunggu suaminya pulang. Woow nunggu suami pulang doang bisa jadi batu ya? hehe.. for your information ya kawans. perempuan itu sebelumnya pernah menikah selama 99 kali, hampir semua suaminya mati sebelum malam pertama, kecuali suami yang terakhir itu. makanya itu Curug diberi nama Caweni yang kalau dalam bahasa Indonesia berarti janda yang masih suci. Lebih lengkap cerita aslinya, bisa di chek di 
https://wisatasia.com/unit/3702

Setelah dua bulan lamanya…

“Pengumunan! Pengumuman! kerajaan Padjajaran kembali kalah, semua pasukan cidolog yang dikirimkan, tidak ada yang selamat” teriak seseorang penyampai kabar.

Siti tak kuasa menahan tangisnya, pingsan berkali-kali karena tak bisa menerima kenyataan. Lagi-lagi hati Siti remuk, ayah dan kedua seuaminya pergi begitu cepat sebelum mereka bisa berbahagia dan membangun sebuah keluarga.

“Sudah nak, sudahi ratapanmu itu, ingat kata firman Allah, setiap yang bernafas pasti akan mati, kita tinggal menunggu waktu saja. Tapi sebelum itu terjadi, ayok kita bangkit dan melanjutkan hidup” ucap Bu Minah kembali menenangkan.

Genderang perang antara Kerajaan Padjajaran dan Kerajaan Banten masih terjadi kala itu. Tak bisa di elakkan, seringnya pasukan Padjadjaran mengalami kekalahan.

Hari berlalu, setelah masa idahnya, Siti kembali dilamar seorang pemuda. Namanya Boros Kaso. ia adalah seorang santri pengembara. mendengar kabar kecantikan akhlak dan wajah Siti, santri itu lantas berniat menjadikan Siti menjadi istrinya. Tak ingin berlarut dalam kesedihan, Siti pun menerima lamarannya. Keduanya melangsungkan akad saat itu juga untuk menghindari fitnah.

Surau yang dibangun di area curug itu diperbesar. Suaminya membuka pengajian untuk anak-anak yang ditinggal bapaknya mati di medan perang. Keseharian mereka kini lebih berkah, mengajarkan ilmu agama.

Setelah sekian lama, utusan Padjajaran kembali datang. Suaminya adalah laki-laki yang tersisa di Cidolog, dan ia harus pergi. Siti tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menangis.

“Kenapa ya Allah, kenapa terjadi lagi!?” bisik Siti ke langit dengan sedihnya.

Bersambung
Next Post Previous Post
4 Comments
  • Lusi Dan
    Lusi Dan 19 Oktober 2019 pukul 14.03

    Ada typo di paragraf ke dua "seuaminya"

    • Ibrahim Dutinov
      Ibrahim Dutinov 19 Oktober 2019 pukul 17.34

      Asyiaaap ... Makasih Kak Lusi sudah memberi tahu

Add Comment
comment url